Sains Logika
Comments 45

Truth, Lies, and Obat Tetes Mata Herbal

Setiap manusia, khususnya manusia Indonesia, sepertinya lemah terhadap kata-kata herbal. Kalau sudah mendengar herbal (dalam konteks obat herbal), kesan yg ditangkap adalah alami, murah, manjur, berkhasiat atau bahkan multikhasiat. Dibanding dengan obat sintetik atau obat kimia yg kesannya mengerikan.

Obat herbal selalu dicari sebagai obat alternatif atau sekedar suplemen [citation needed]. Ia selalu dipromosikan sebagai obat multikhasiat. Lihat saja di pameran-pameran, satu obat biasanya bisa menyembuhkan satu kertas folio daftar penyakit. Wah, hebat ya. Bagi orang Indonesia yg gampang tergiur dg hal-hal ajaib, tentu saja obat itu sangat menarik. Ditambah lagi dengan label bahwa ini cara islam, cara nabi, dll makin melejit lah keajaiban obat herbal tersebut.

Saya termasuk orang yg tidak percaya dengan keajaiban obat herbal, setidaknya tidak sepenuhnya. Memang kenapa sih obat herbal bisa punya rentetan kekuatan penyembuh seperti itu? Well, saya bukan anak farmasi dan tentu bukan pakar herbal. Tebakan saya sih (ini cuma tebakan ya), karena herbal itu kan artinya diambil dari herb alias tanaman, artinya kandungan di dalamnya macam-macam. Itu artinya, bagian penyembuh dari ginjal, jantung, paru-paru, dan (sebut organ lainnya) ada dalam sari tanaman tersebut. Jadi ya penjual herbal dapat menyimpulkan bahwa sari tanaman itu bisa menyembuhkan penyakit-penyakit itu, secara ajaib. Kontraskan dengan obat sintetik yg sengaja dibentuk dari bahan kimia tertentu dengan hanya satu tujuan penyembuhan tertentu. Ajaib mana?

Ehm, tapi bukan itu sih yg saya mau bahas kali ini. Masuk ke cerita utama.


Jadi kemaren saya dapat ilmu bermanfaat baru.

Seorang teman saya yang sedang mengenyam tingkat akhir di Sekolah Farmasi, program studi Sains dan Teknologi Farmasi, yang kebetulan anggota Kongres Keluarga Mahasiswa ITB, sebut saja Dana, membagi sedikit ilmu tentang obat mata. Saya disini hanya membagi sedikit ilmu yg diketahui oleh (hampir semua) anak farmasi itu ke blog saya.

Dana mengeluh tentang penjualan obat mata herbal di Forum Jual Beli ITB. OTEM (Obat Tetes Mata), merek obat tetes mata herbal yang dijual itu.Ā Kenapa dikeluhkan?

Lapak Jualan OTEM

Menurut peraturan BPOMĀ Pasal 34 ayat (2) Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria obat Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, ditetapkan bahwa obat tradisionalĀ dilarangĀ dalam bentuk sediaan tetes mata, intravaginal, parenteral dan suppositoria (kecuali digunakan untuk wasir). Peraturan bisa dilihat di Pranala PDF Peraturan ini dan paragraf ini diambil sebagian dari FAQ ini.

Kenapa dilarang? Menurut calon farmacist kita ini (sebenarnya kata Dana menurut seorang dosen pada suatu mata kuliah, untung dia datang dan ingat ttg kuliah itu), obat tetes mata harus memenuhi kriteria berikut:

  1. Streril
  2. Isotonis
  3. Isohidris

Saya tidak dapat menemukan laman di web yg menjelaskan secara gamblang dan langsung ketiga kriteria tersebut. Mungkin harus langsung liat buku farmasi kali ya. Saya hanya menemukan paper berjudulĀ Microemulsions As Potential Ocular DrugĀ Delivery Systems: Phase Diagrams And PhysicalĀ Properties Depending On Ingredients, halaman 469 paragraf bawah dengan referensiĀ Polish Pharmacopoeia V, Polish Pharmaceutical Society, Warszawa, 3, 39 (1993). Cek sendiri ya.

Kriteria steril jelas. Obat tetes mata kan meneteskan cairan ke mata, langsung di permukaan. Jika terdapat kuman atau partikel kecil yg masuk dalam cairan tersebut, bisa berbahaya terhadap mata. Tidak seperti mulut, mata tidak memiliki lapisan perlindungan lagi kalau sesuatu sudah masuk ke permukaan bola mata. Kalau kuman/debu masuk/dimasukkan ke situ, ya sudah, tamat.

Di sisi lain, kata Dana, bahan herbal itu sulit di sterilkan. Mungkin karena dari tanaman kali ya, mau disarikan juga partikelnya kan bisa jadi masih cukup besar untuk melukai mata.

Kriteria isotonis dan isohidris ada hubungannya dengan cairan mata. Intinya cairan tersebut harus sama dengan cairan mata yg original (air mata). Kalau tidak, mata bisa sakit atau bahkan dibahayakan.

Isotonis berarti memiliki tekanan osmosis yang sama. Kalau cairan tetes mata hipotonis, tekanan lebih rendah, air akan masuk ke dalam mata. Akibatnya mata bengkak. Kalau cairan tetes mata hipertonis, cairan dari dalam mata justru akan keluar. Akibatnya mata kering. Dikasih air malah kering matanya. Isohidris berkaitan dengan ion hidrogen yg ada di cairan. Intinya pH tetes mata harus sama dengan pH mata/ air mata.

tl;dr.

Kalau obat tetes mata bikin sakit mata, artinya obat itu berbahaya.


Perihnya adalah Khasiatnya

Obat herbal OTEM tadi terkenal membuat mata perih. Dalihnya, justru perihnya itu tanda penyembuhan. Kalau tidak perih, berarti matanya tidak sakit. Mungkin analoginya, kalau nggak pahit bukan obat, kali ya. DOC (Direction of cure), alasannya.Ā Saya tahu argumen ini karena OTEM ini sering dipakai pada gurah mata dan biasa dipaketkan dalam pelaksanaan bekam. Saya pernah gurah mata dan perihnya emang bukan perih biasa. Perih! Perih Banget!

Oh ya, katanya juga ada obat penghilang perih dari OTEM, yg diteteskan beberapa saat setelah OTEM. Namanya tetes mata THM, singkatan dari Telinga Hidung Mata. Bedanya, kalau OTEM untuk mata, THM bisa untuk telinga hidung mata. Nggak logis kan? Masa obat untuk Telinga Hidung Mata (jack of all trade) dipakai untuk meredakan perih OTEM. Penjelasan yg mungkin adalah keisotonisan dan keisohidrisan tadi. Karena OTEM tidak isotonis dan isohidris (shg menyakitkan mata), setelah diberi THM yg isotonis dan isohidris, mata akan kembali menerima cairan yg familiar. Jadilah, perihnya sembuh Ā [original research]. Hmm…

Faktanya, mengutip farmasisĀ HubbiĀ (lulusan Farmasi ITB), di komen bawah:

Sensasi perih (atau nyeri) disebabkan oleh rusaknya jaringan/sel. Jadi ga ada yg namanya perih = khasiat.

Nah lo? Nggak percaya, tanya ke dokter/farmasis sana…

Obat herbal OTEM ini juga diklaim bisa menyembuhkan mata minus. Tanyakan saja ke tukang herbalnya bagaimana ceritanya obat tetes mata bisa mengoreksi kembali lensa mata kita. Airnya diserap lensa atau gimana itu? Tentunya, khasiat obat itu memiliki tata cara pengukuran dan pengujian yg saintis. Kalau mereka nggak bisa jawab, berarti ngarang.

Dan khasiat OTEM ini, beserta keunggulan lainnya, sepertinya hanya sekadar testimoni pengguna saja. Sama seperti klinik Tong Fang lah. Padahal belum tentu benar. Sesaat setelah saya gurah mata, penampakan dunia di sekeliling saya memang seolah menjadi lebih jernih. High Definition. Tapi itu bisa jadi efek placebo atau efek habis melihat kaburnya dunia akibat mata perih dan bereaksi dengan mengeluarkan air mata berlebih. Setelah perihnya hilang, tentu semua terasa lebih cling.

Well, intinya kalau obat herbal seajaib itu, sepertinya Alexander Flemming tidak perlu repot-repot menemukan Penicillin. Dokter dan farmasis pun akan menjadi yang pertama berebut untuk riset di bidang pengoreksian lensa mata dengan obat OTEM ini, jika benar bisa mengobati minus.


Kasus Nyata Budi dan Obat Tetes Mata Sejati

Satu lagi teman saya Budi menimpali Dana dalam pembicaraan itu. Tidak sengaja, mata Budi kemasukan serpihan kayu. Langsung matanya merah. Budi pun membeli obat tetes mata Insto yg dijual di warung-warung. Dicoba beberapa kali, sakitnya tidak hilang. Akhirnya, dia mencoba si OTEM ini. Cukup membeli Rp20.000 di Salman katanya. Sekali coba, memang mata merahnya sedikit baikan. Akan tetapi, tak berapa lama merah lagi. Tetes-tetes, putih lagi, kemudian merah lagi. Budi pun rajin mencoba OTEM ini hingga satu minggu. Tentu, setiap meneteskan cairan herbal itu ke mata, Budi harus menahan Perih Banget! yg diberikan obat tetes mata itu.

Seminggu Budi menyerah. Ia pun pergi ke dokter mata di Rumah Sakit Mata Cicendo. Disana dia diberi obat tetes mata seperti pada gambar di bawah ini. Ongkos praktek dan obat kurang lebih Rp200.000,- an.

Patut dicatat bahwa ukuran obat di atas cuma se jari kelingking. Dan obat di atas tidak boleh dipakai lagi setelah seminggu (atau 3 hari, saya lupa) dipakai.

Patut dicatat bahwa ukuran obat di atas cuma se jari kelingking. Dan obat di atas tidak boleh dipakai lagi setelah seminggu (atau 3 hari, saya lupa) dipakai.

Dalam dua hari, mata Budi sembuh. Tanpa ada perih atau efek samping apapun saat memakai obat di atas. Hm, memang obat beneran (bukan abal-abal), apalagi yg dari dokter, pasti lebih manjur, walaupun mahal. Dibanding obat murah, plus kata-kata herbal, yg diklaim ajaib.Ā Eh, Rp200.000,- sama obat itu termasuk murah loh dibanding saya yg cuma tes mata crut gitu doang bayar Rp.175.000,-Ā  Beda rumah sakit kali ya. Ini kan rumah sakit spesialis mata.

Pada akhirnya, Dana pun menyampaikan informasi tersebut pada thread Forum Jual Beli yg berisi penjualan OTEM tadi. Tujuannya sebagai tanggung jawab profesi/ keilmuan untuk mengingatkan calon pembeli. Namun, informasi tersebut tidak digubris oleh thread starter. Alasan klasik.

“Ya udah sih, pembeli disinih kan sudah tahu, sudah cerdas menilai lah mau membeli atau ngak. Gitu-gitu, sudah banyak yg make juga kok. Dijual dimana-mana juga kok.”

Alasan yg aneh.

Tujuan saya menulis ini di blog ini juga sama, untuk menyampaikan informasi penting ini. Bukan untuk mematikan lapak jualan orang yah. Karena kalau BPOM menindak obat ini, penjara tuh ancamannya. Dan kalau pelanggan setia obat tetes mata herbal itu keduluan rusak matanya, sudah terlambat untuk menyesal.

Buat mata kok coba-coba

Namun tentu saja. Jangan percaya mentah-mentah info dari saya ini. Saya kan anak IF bukan SF. Silakan rujuk kembali ke mahasiswa farmasi terdekat, apotek terdekat, atau BPOM terdekat.

Wallauhu a’lam…


Tantangan

  • Kunjungi beberapa apotek, cari obat tetes mata OTEM tadi. Saya yakin tidak ada yg menjual, karena emang yg jual ya warung-warung, kios, minimarket. Wong nggak ada izin BPOM-nya dan nggak bakal ada izin BPOM untuk obat tetes mata herbal ini selama peraturanĀ BPOMĀ Pasal 34 ayat (2) Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.41.1384 tadi masih berlaku.
  • Kunjungi lagi beberapa apotek yg menjual obat tetes mata biasa, pasti ada tulisan steril isotonik solution-nya.

Pranala luar

1 Komentar

  1. aloha says

    gw sih udah gak percaya ama dokter…
    gw operasi mata kanan…kornea gw rusak…mata kanan jadi buta…disuruh cangkok kornea tapi pake duit gw sndiri…lah, kan kornea gw rusak karena ketidakmampuan dia…dia dong yg harusnya tanggung jawab…
    udah gitu mata gw juga jadi fotofobia…gak kuat cahaya matahari, gak kuat cahaya komputer, cahaya HP, cahaya lampu kendaraan, pokoknya di rumah cuman pake lampu yg remang2…gw cuman di kamar karena gak bisa keluar rumah…dokter udah pake obat ini dan itu…gak ada yg berhasil…yg ada makin parah…

    setahun makin parah ke dokter…gw ke alternatif lah…2 bulan doang sembuh coy…mata kanan sih masih buta sih…tapi at least gw dah bisa beraktifitas lagi…
    jujur aja gw dah gak percaya ama dunia kedokteran lagi…

    dari pengalaman gw ini, gw slalu berpikir…knapa dunia kedokteran gak pernah mau kerjasama ama dunia pengobatan alternatif demi kesehatan masyarakat? tapi akhirnya gw tau jawabannya…MONOPOLI…
    dengan membuat orang2 percaya hanya pada farmasi dan dunia kedokteran…otomatis duit kan masuk terus buat mereka…sedikit demi sedikit, bahan dari alam mereka jelek2in….well, liat aja kayak kasus ganja…manfaatnya kan banyak banget tuh…eh, malah dibilang berbahaya…supaya obat kimianya mereka laku di pasaran…

  2. Ridwan Saputra says

    “SEKIRANYA MEREKA TAHU KHASIAT HERBA-HERBA KITA NISCAYA MEREKA SANGGUP MENUKARKANNYA DENGAN KETULAN-KETULAN EMAS”. (Hj Ismail bin Ahmad)

    Sifat obat itu ya mengobati, hakikat kesembuhan datang dari Allah. Di dunia ini banyak hal yang tidak bisa di jelaskan secara ilmiah karna akal manusia itu terbatas

    ā€œKemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.ā€ (QS. An-Nahl: 69)

    Sedangkan bahan baku otem adalah madu. Kalaulah otem seburuk itu tentu sudah banyak yang melaporkan karna mengalami infeksi atau sejenisnya. Faktanya orang2 pada sembuh.

  3. Dikit” BPOM apa” BPOM..saya aja murni pengguna otem bener” merasakan khasiatnya…
    Gapercaya? Silahkan..tapi saya adalah bukti bahwa otem tidak seburuk yang diceritakan..
    Memang perih..tapi kalo disamakan dengan luka di kulit yang dikasih obat Betadine..kan sama” perih..tapi hasilnya? Luka tertutup kan? Begitu juga dengan otem..

    Jangan sok tau pak..beli obatnya aja belum udah sok” an berargumen seperti itu…kalo bapak berani ambil resiko..ya silahkan beli obat otem..kalo bermasalah..silahkan rujuk ke dokter..jangan hanya mengandalkan “KATANYA”
    Toh bapak sendiri gaberani nyoba..masih katanya katanya doang…

    Kalo bapak tersindir dengan kritikan saya..lebih baik bapak gak usah mengkritik.

    • wkwkwkwk juga says

      Goblok kok diborong haha. Belajar nulis dulu yg bener.

  4. Dikit” BPOM apa” BPOM..saya aja murni pengguna otem bener” merasakan khasiatnya…
    Gapercaya? Silahkan..tapi saya adalah bukti bahwa otem tidak seburuk yang diceritakan..
    Memang perih..tapi kalo disamakan dengan luka di kulit yang dikasih obat Betadine..kan sama” perih..tapi hasilnya? Luka tertutup kan? Begitu juga dengan otem..

    Jangan sok tau pak..beli obatnya aja belum udah sok” an berargumen seperti itu…kalo bapak berani ambil resiko..ya silahkan beli obat otem..kalo bermasalah..silahkan rujuk ke dokter..jangan hanya mengandalkan “KATANYA”
    Toh bapak sendiri gaberani nyoba..masih katanya katanya doang…

    Kalo bapak tersindir dengan kritikan saya..lebih baik bapak gak usah mengkritik.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.